Postingan

KECERDASAN EMOSI, SUATU KEHARUSAN

Gambar
  KECERDASAN EMOSI, SUATU KEHARUSAN *Derman P. Nababan “Siapa pun bisa marah, itu hal mudah. Tetapi, marah pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar dan dengan cara yang baik, bukanlah hal mudah” (Aristoteles, The Nicomachean Ethics ).  Secara umum, emosi berkaitan dengan amarah, kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta dan rasa malu. Oxford English Dictionary mendefenisikan emosi sebagai setiap kegiatan atau pengelolaan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap”. Belakangan ini, telinga kita akrab mendengar istilah populer  cabin faver .   “ Cabin fever  adalah istilah untuk mengungkapkan perasaan sedih, sepi, takut, bosan, bingung, dan lesu saat Anda terperangkap atau terkurung di suatu tempat selama beberapa jam atau beberapa hari,” ungkap Kepala Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi UGM, Dr. Diana Setiyawati, sebagaimana dilansir ugm.ac.id 1/7/2020.  Senada, dr. Gina Anindyaj

Terbanglah Rajawaliku, Kisah Inspiratif Seorang Cleaning Service Menjadi Ketua Pengadilan Negeri

Gambar
  Kisah Inspiratif Derman P. Nababan dari Cleaning Service, Menjadi Ketua Pengadilan Negeri S etiap orang pasti memiliki keinginan dan cita-cita. Namun tidak seorang pun dapat menentukan langkah hidupnya. Ungkapan itu bukan sekedar pelipur lara bagi orang yang memandang jalan hidupnya kurang beruntung dibanding dengan orang lain. Memang, setiap orang memiliki jalan hidup berbeda, hal itu adalah ketetapan Tuhan. Oleh karenanya dibutuhkan ketulusan dan keteguhan hati untuk menyusurinya, dengan keyakinan penuh bahwa itu merupakan rancangan yang terbaik dari Tuhan, walau kadang tak bisa dimengerti. Memulainya, dari sebuah Dusun Lumbantobing tepatnya di lereng bukit “Dolok Imun”. Sebuah perkampungan sepi penghuni, tetapi berhawa sejuk, Desa Lumban Tongatonga, Kecamatan Siborongborong, Tapanuli Utara.   Aneka ragam kicauan burung setidaknya menghilangkan kepenatan, karena dari hari ke hari hanya bisa memandang hamparan sampilpil (sejenis tumbuhan paku, pakis),   haramonting (karamunti

Teknik Menyelesaikan Konflik

Gambar
Batanghari, 12/09/2019 Ketua PN Muara Bulian Derman P. Nababan mengatakan konflik bersifat alami, bisa terjadi di antara individu, komunitas, negara dan budaya. Dalam berbagai latar belakang, budaya, kelas, bangsa, umur dan gender. Pertanyaannya, bukan soal apakah konflik itu baik atau buruk, tetapi bagaimana cara menghadapinya. Hal itu disampaikan dalam Rapat Fasilitasi Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Kabupaten Batanghari, bertempat di Ruang Pola Kecil Kantor Bupati Kab. Batanghari, Kamis, 12/09. Lebih jauh Derman, menyetir pendapat Prof. Dr. H. Takdir Rahmadi, SH.,LL.M. Dikatakan, secara teori bahwa konflik bisa terjadi karena adanya ketidakpercayaan dan rivalitas kelompok dalam masyarakat. Posisi para pihak tidak selaras dan adanya perbedaan kepentingan di antara para pihak.  Suatu kelompok merasa identitasnya teracam oleh pihak lain.  Adanya ketidakcocokan komunikasi karena datang dari budaya yang berbeda. Masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang mewujud dalam b

MARTINA

Gambar
MARTINA Husor  berjalan tergopoh-gopoh, sambil menenteng beberapa buku di tangannya. Memang, sore itu Husor ada janji dengan sesama temannya mahasiswa dari Kecamatan asal mereka. Latihan koor, buat persiapan Perayaan Natal. Husor, terpilih sebagai Ketua Panitia. Tidak mungkin ia absen, Ketua Panitia! Rumah tempat latihan itu ada di kawasan Kampung Durian Medan. Melalui gang sempit, hanya bisa dilalui motor. Sejak satu tahun lalu, Anju bersama dua orang adiknya mengontrak rumah kecil itu. Anju, baru saja wisuda dari Universitas di Kawasan Tanjung Sari Medan, dan sudah mengajar di salah satu SD swasta. Walau tidak seberapa, Anju sudah dapat gaji bulanan. Jarum jam, menunjukkan angka 5. Husor, tiba dengan peluh di dahinya. “Horas!” “Bah, horas lae! Masuk lae! Sahut Poltak dan Jamuda serentak. “Aku pikir, aku yang sudah terlambat, rupanya Ketua masih belakangan” tambah Poltak sambil mengerutkan keningnya. “Itulah tadi lae, aku langsung dari kampus. Angkot-nya susah benar” uja

TUHAN, BERIKAN AKU KAKI YANG KUAT!

Gambar
TUHAN, BERIKAN AKU KAKI YANG KUAT! nurulhedayat.blogspot.com Salah satu keistimewaan rusa atau kijang ialah memiliki tulang kaki yang kuat.  Ketika musuh mengejar, ia bisa berlari dengan sangat kencang. Selain berlari kencang, ia bisa juga berjejak di bukit-bukit yang terjal. Bahkan di bukit batu sekalipun.  Bagaimana bisa? Karena, ternyata rusa memiliki kuku kaki yang jentik. Bukit, berbicara tentang masalah, persoalan, tantangan dan rintangan. Terkadang saking  beratnya persolan hidup, ada banyak orang yang tertunduk lesu, bahkan tidak sedikit yang berusaha mengakhiri jalan hidupnya.  Dilansir CNN Indonesia , (26/09/2020) International Association for Suicide Prevention (IASP) melaporkan "Setiap 40 detik seseorang mengakhiri nyawanya. Hampir 800 ribu orang setahun di seluruh dunia," ucap Murad Khan, Presiden IASP dalam laman IASP. Fantastis! Suatu keputusan jauh dari akal (nalar) yang sehat. Ketika berada di persimpangan jalan (keputusasaan),  ia tidak bisa meli

MARMAHAN HORBO 'MENGAGON KERBAU'

Gambar
MARMAHAN HORBO ‘MENGANGON KERBAU ’ ( Sumber Web Senjata Rohani ) Dulu, selain memiliki hauma na bidang ‘sawah yang luas’, memiliki horbo ‘kerbau’ bisa juga menjadi alat ukur status sosial (prestise) suatu keluarga di Kampung. Sawah bernilai lebih karena dianggap dapat menghasilkan padi, sebagai sumber utama penghidupan. Sedangkan tanah darat, dianggap kurang bernilai. Jika, seorang anak lelaki berumah tangga dan manjae ‘pisah rumah’ dengan ayahnya, akan diberikan “ panjaean ” berupa sawah sebagai modal utama bagi keluarga baru itu. Bahkan jika anak perempuan menikah, ayahnya akan setumpuk tano maraek (sawah) sebagai  pauseang , kepada boru -nya tersebut. Beda dengan sekarang, hampir 95 persen sengketa perdata di Silindung, Humbang, Toba dan Samosir adalah masalah tanah darat. Harganya semakin meningkat, seiring dengan proses pembangunan yang semakin masif. Jauh sebelumnya, hampir tidak ada orang yang memperjual-belikan tano mahiang  (tanah darat). Demikian halnya, set

SURAT TERTUTUP, BUAT DIRI SENDIRI

Gambar
SURAT TERTUTUP, BUAT DIRI SENDIRI Tifany Saulina Nababan, Sipinsur Kemampuan untuk melihat jauh ke depan, sering disebut sebagai “visi”, kata yang sangat menentukan sukses atau tidaknya seseorang. Frasa itu bukan hanya milik orang dewasa, melainkan  juga anak-anak sekolah. Tidak harus dituangkan dalam kertas, cukup jika seseorang memikirkan, meyakini dan bertindak ke arah mana dia melangkah. Benar, anda ada hari ini karena anugrah Tuhan. Tetapi apakah anda berpikir seperti apakah hidup anda 6 tahun lagi?  Tuhan memberi matahari dan hujan kepada setiap orang. Tuhan juga memberi kesempatan yang sama kepada setiap orang melalui siang dan malam, kecuali anda berada di daerah kutub. Namun setiap orang menggunakan waktu, kesempatan dan berkat itu secara berbeda. Jika anda tidak pernah memikirkan, merencanakan seperti apa hidup anda ke depan, maka anda akan cendrung mengalami stagnasi kehidupan. Seperti “ Monsak humaliang bogas ”, bergerak tetapi tidak ada kemajuan. Sibuk, tetapi h

IBUKU, INONG DI ATAS GARIS, SOSOK KARTINI MASA KINI

Gambar
IBUKU, INONG DI ATAS GARIS, SOSOK KARTINI MASA KINI T. Nababan (Ayah), D. Sidabutar (Ibu), istri dan SH. Siregar, SH Manalu (Mertuaku) Pelantikan WKPN Subang, 8/11/2019 M asyarakat Batak, sangat menjungjung tinggi filosofi anak adalah harta yang paling berharga. Menyadari itu, Komponis Nahum Situmorang menuturkannya dalam liryk lagu “ Anakkon hi do hamoraon di ahu ” (anak adalah kekayaan bagiku). Lagu itu, mengisahkan kerja keras, banting tulang dari pagi hingga sore berjuang untuk penghidupan dan biaya sekolah anaknya. Hampir semua orang Batak tahu lagu berirama lincah dan girang itu. Tidak berlebihan,  lagu itu menjadi lagu wajib dalam pesta pernikahan maupun ulang tahun orang tua.  Benar adanya, kaum pria sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan keluarganya. Namun kebiasaan di kampung saya, justru peran ibu rumah tangga lebih dominan dari suaminya. Betapa tidak? Pagi hari saat suami minum kopi di lapo (kedai), istrinya sudah lebih dulu pergi ke

PASKAH DI TENGAH PANDEMI GLOBAL COVID-19

Paskah di Tengah Pendemi Global Covid-19 Paskah bagi umat Kristiani berbicara tentang kelepasan dan kepastian. Lepas dari belenggu dosa, karena Kristus sendiri telah membayar dosa umat manusia dengan rela tergantung bahkan mati di atas kayu salib. Salib berbicara tentang hukuman. Hukuman yang seharusnya ditimpakan kepada kita Dia ambil alih. Penjahat berat dan orang yang melakukan makar terhadap kekuasaan Kaisar Romawi, Tiberius, pada waktu itu akan divonis mati, dengan cara digantung di kayu salib. Salib itu ditempatkan di bukit, Bukit Golgata, sehingga khalayak ramai dapat menyaksikannya. Berbeda dengan pelaksanaan eksekusi hukuman mati di berbagai belahan dunia modern ini cenderung tertutup untuk umum. Mengapa harus disaksikan khalayak ramai? Hal itu sebagai peringatan keras kepada publik, untuk tidak melakukan hal yang sama. Paling menyakitkan, karena orang yang digantung di kayu salib, juga tidak langsung dibunuh. Matinya pelan-pelan, bisa satu sampai dua hari menggelepar-gel

Terbanglah Rajawaliku (Refleksi HUT 49)

Gambar
# TERBANGLAH_RAJAWALIKU (Refleksi Hari Ulang Tahunku ~ 49) Ibu saya D. Br. Sidabutar (73) pernah bercerita kisah tragis yang pernah aku alami. Kebiasaan di kampung, bayi lelaki sulung yang telah berumur tiga bulan, untuk pertama kalinya akan dibawa “ maronan ” ke pasar membeli pisang. Pisang itu akan diberikan kepada Ompung -nya (Kakek si bayi), sebagai tanda ucapan syukur. Cucunya sudah bisa memandang dunia luar. Dengan alasan tradisi itu, sekitar awal bulan Juli 1971 ibu menggendong saya dengan ulos “Parompa” (Kain gendongan) ke Pasar Siborongborong. Ibu saya, yang sempat mengecap pendidikan hingga kelas 3 SR (Sekolah Rakyat) itu jongkok hendak membeli sesuatu. Sebagaimana perempuan lain, biasanya mencari harga yang lebih murah, ibu pun berdiri bergegas ke lapak pedagang  di sebelahnya. “Paling tidak ada perbandingan harga” pikir ibu muda yang berusia 23 tahun kala itu. Nahas, tanpa sengaja jumbai kain " Parompa " yang dililitkan ke badan saya, menyerempet