POLITIK - KUDA LIAR


POLITIK - KUDA LIAR
(Derman P. Nababan)
Politik itu, bagaikan kuda liar yang sulit ditunggangi, demikian kata Dorodjatun Kuntjoro Jakti. Sekiranya pun berhasil, maka kejatuhaan mengintai setiap saat. Diintai oleh janji kepada  publik maupun terhadap tim suksesnya sendiri. Janji, memang mudah diucapkan, sulit direalisasikan. 

Memang seorang politisi pasti banyak berjanji. Nikita Khrushchev, mantan Perdana Menteri Uni Soviet, pernah berkata “Politisi itu sama saja di mana-mana. Mereka berjanji membangun jembatan bahkan di tempat yang tidak ada sungai sekali pun”. 

Politisi yang sudah menduduki jabatan, seharusnya memegang tampuk kekuasaan. Namun, ia bisa saja di bawah bayang-bayang kekuasaan "kendali' orang lain.  Misalnya, pengusaha yang mendanainya semasa kampanye. Lebih garang lagi, pimpinan partai politik yang mengusungnya.  Mereka ini, 'mengintai' mengharapkan balas jasa setiap saat.

Sering kita dengar istilah “tidak ada makan siang yang gratis”. Artinya, tim sukses atau pihak-pihak yang berjasa akan menagih hutang di belakang. Sekiranya tidak dipenuhi (sekali pun dengan alasan yang logis), mantan teman berjuang  akan menjadi musuh politik. Lebih berbahaya dari kompetitor asli, karena ia tahu titik lemah sejak masa berjuang. 

Perhatikanlah! Siapa orang-orang yang berada di belakang seorang politisi yang sedang berjuang? Posisi berdiri mereka tidak secara kebetulan. Ada janji atau kontrak politik yang telah mereka bangun. 

Dalam politik, tidak baik terlalu mencintai seseorang. Moliere pernah berkata “Manusia mudah dibohongi oleh orang yang dicintainya”. Seperti syair lagu Gombloh “kalau cinta sudah melekat, tai kucing rasa cokelat”. Pencitraan bisa dianggap sebagai kebaikan atau prestasi. 

Tidak baik juga terlalu dipuji dan disanjung tinggi.  Kita hidup di hari ini, hari esok siapa yang tahu. Ingat! hidup itu dinamis. Banyak contoh orang yang dipuja puji selama kampanye. Namun, setelah berkuasa perjalanannya terhenti di balik jeruji.  Bisa saja untuk 'menyenangkan' orang yang berjasa kepadanya. 

Di sisi lain lawan politik atau kompetitor selalu mengkritik habis-habisan.  Kebaikan yang dikerjakan dianggap  sebagai pencitraan.  Sudah jelas cokelat, namun dianggap sebagai tai kucing, hanya karena ada kesamaan warna. 

Siapa tahu besok lusa kalian akan makan siang bersama, seperti yang dikatakan Don Herold,  “Jangan pernah membanting pintu, siapa tau kita harus kembali!”  Karena dalam politik, tidak ada sahabat dan musuh abadi, yang ada adalah kepentingan sejati. 

Pemenang gelangnggang pertandingan punya kesempatan untuk memimpin dan merealisasikan janjinya yang maha berat itu. Bagi yang kalah punya kesempatan untuk menyerang. Tidak jarang dengan aksi itu, ia dirangkul dan dijinakkan berbagi kue lezat kekuasaan.  Kondisi itu sering terjadi. 

Saat yang sama teman berjuang akan berkata, jangan berikan energi kepada musuh! Kami lah sahabatmu, jangan khianati kami!

Tidak ada yang salah, karena demikianlah hakekat politik. Bukan soal benar atau salah, tetapi soal bagaimana mengendalikan. Karena itu dikenal frasa "kompromi politik", tujuannya supaya penunggang bisa tetap berada di atas kuda. Beberapa politisi berkata, “politik itu cair”, tidak kaku dan tidak memakai kaca mata kuda. Karena kuda liar tidak pernah pakai kaca mata. 

Memang harus diakui suporter jauh lebih “ribut” dari mereka yang sedang berlaga di gelanggang pertandingan. Jadilah suporter politik yang bijaksana, karena kebijaksanaan tidak pernah berbohong (Homer). Perbedaan pilihan dan afiliasi politik seharusnya tidak merusak sendi-sendi keluarga, tatanan adat istiadat, masyarakat, agama dan kebangsaan. 

Dan jangan sekali-kali menjadikan, marga, suku, agama, ras menjadi tunggangan politik, itu berbahaya bagi masa depan kita. Pesta demokrasi baik Pilkada maupun Pemilu seharusnya membawa keceriaan, bukan ketakutan, kebencian apalagi perpecahan. Salut dan hormat kepada para penunggang kuda liar, doakan supaya mereka tidak tergelincir.  

Kita tidak selalu sependapat. Tetapi ijinkan saya mengutip pendapat Kenneth A. Wells yang mengatakan: Seorang pendengar yang baik mencoba memahami sepenuhnya apa yang dikatakan orang lain. Pada akhirnya mungkin saja ia sangat tidak setuju, tetapi sebelum ia tidak setuju, ia ingin tahu dulu dengan tepat apa yang tidak disetujuinya.

Tetap semangat dan antusias.

Komentar

Posting Komentar

Terima kasih, anda telah mengunjungi web ini, kiranya menjadi berkat. Silahkan di share untuk kebaikan bersama.

Postingan populer dari blog ini

Kesaksian Aktor Pemeran The Passion Of The Christ

Kisah Nyata Missionaris David Flood dan Svea di Zaire

KESOMBONGAN MENDAHULUI KEHANCURAN