KESOMBONGAN MENDAHULUI KEHANCURAN

SOMBONG

(Lokasi Bunker Kaliandem Gunung Merapi)
Banyak masalah dalam hidup kita merupakan hasil dari kesombongan, tapi hanya sedikit orang yang dapat menyadarinya. Mereka menjadi begitu sombong atas hal-hal baik yang telah diberikan Allah kepada mereka. Pekerjaan, harta, keahlian, keluarga, kedudukan, anak-anak, pendidikan, dan banyak hal lainnya.

Uzia, memulai kehidupannya dengan baik. Ia diangkat sebagai raja pada usia muda, 16 tahun. Meskipun masih muda, Uzia melakukan apa yang benar di mata Tuhan Ia mencari Allah selama hidup Zakharia, yang mengajarnya supaya takut akan Allah. Dan selama ia mencari Tuhan, Allah membuat segala usahanya berhasil. (2 Tawarikh 26:4,5).

Kemasyhuran Uzia tersebar luas dan kekuatan pasukannya bertambah besar. Ia memiliki 2.600 kepala prajurit dan 307.500 bala tentara yang membantunya mengalahkan musuh.

Namun, tragisnya setelah menjadi kuat, ia menjadi sombong dan tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang merusak. Uzia tidak ingat lagi akan Dia yang telah menganugerahkan keberhasilan dan orang-orang yang telah memberikan bimbingan ilahi. Ia membakar kemenyan di bait Tuhan, karena itu lah Allah menimpakan penyakit kusta kepadanya. Raja Uzia, sakit kusta sampai kepada hari matinya.

Kesombongan, sering bersembunyi di balik alasan demi menegakkan kebenaran.  Maka tidak sedikit orang yang bertindak main hakim sendiri “eigenrichting”, ketika dia menganggap orang lain melakukan pelanggaran hukum, etika, kebiasaan dan sopan santun. Mengapa ada seseorang, berpendidikan tinggi menjadi arogan, angkuh dan pongah mempertontonkan kekuasaannya kepada orang lemah? Karena dalam dirinya ada akar kesombongan.

Mengapa seseorang sulit berdamai, sulit mengampuni, sulit menerima perbedaan?  Karena dia berpendapat bahwa kebenaran yang dia miliki adalah mutlak. Tidak mengakui otoritas yang lebih tinggi, yaitu hukum yang berlaku  bahkan abai terhadap kekuasaan Ilahi.

Ia berpikir, berdamai dan mengampuni orang lain, meruntuhkan harga dirinya. Sikap yang demikian bertolak belakang dengan nasihat Raja Salomo dalam Amsal 18:12 Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan.

Agar dapat menyelesaikan hidup ini dengan baik, kita harus menghindari sikap "tinggi hati". Raja Salomo secara serius telah memperingatkan hal ini “Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan. (Amsal 16:18)

Memuji diri atas sesuatu pencapaian,  dan mempersalahkan orang lain atas suatu kegagalan, adalah akar dari kesombongan. Semoga sikap yang demikian menjauh dari kita.

Marilah kita senantiasa mencari Tuhan, menaati-Nya, dan bersyukur atas semua yang telah dilakukan-Nya.

Tetap semangat dan antusias

~ Derman P. Nababan ~

Saksikan Video Clip "PENTINGNYA TUJUAN HIDUP"



Ikuti kesaksian Saya, dari Cleaning Service Menjadi Ketua Pengadilan Clik Disini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesaksian Aktor Pemeran The Passion Of The Christ

Kisah Nyata Missionaris David Flood dan Svea di Zaire