BAGIKU HIDUP ADALAH KRISTUS


In Memorium Mami Roma Ida Simaremare, SP


Pertama kali berjumpa denganmu pada saat Doa Pengerja di GBI Medan Plaza. Usai acara, dengan perasaan canggung saya menemanimu menuruni tangga eskalator hingga ke pelataran parkir gedung itu. Tidak butuh waktu panjang, tiga bulan berikutnya kita mengikat janji, tepatnya Jumat, 6 Oktober 2000, pukul 10.30 WIB. Dengan berjabat tangan kita berjanji di hadapan hamba Tuhan Pdt. Drs. David Supardi

"Saya Derman P. Nababan berjanji di hadapan Tuhan, hamba Tuhan dan saudara seiman, bahwa sesuai dengan kehendak Tuhan saya menerima engkau Roma Ida Simaremare sebagai istri yang sah dan satu-satunya dari saat ini dan seterusnya".

"Saya berjanji akan sungguh-sungguh mengasihi sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaatNya dan seperti saya mengasihi tubuh saya sendiri.
Saya berjanji akan hidup kudus, bijaksana, setia, menghormati sebagai teman pewaris dari kasih karunia, dan selalu hidup dengan rukun dan damai dalam sepanjang hidup ini".

Giliranmu meneteskan air mata dengan suara terbata-bata, "Saya Ir. Roma Ida Simaremare berjanji di hadapan Tuhan, hamba Tuhan dan saudara Seiman, bahwa sesuai dengan kehendak Tuhan saya menerima engkau Derman Parlungguan Nababan sebagai suami yang sah dan satu-satunya mulai saat ini dan seterusnya."

"Saya berjanji akan tunduk dalam segala sesuatu, seperti kepada Tuhan dan menghormati sebagai teman pewaris dari kasih karunia.
Saya berjanji akan hidup kudus, mengasihi dan menjadi penolong yang setia dan senantiasa menaruh harap kepada Tuhan dan selalu hidup rukun dan damai dalam sepanjang hidup ini".

Selama sebelas tahun dan sebelas bulan kita hidup bersama. Mami telah memberi teladan kepadaku dalam hal berdoa, serta komitmen yang sungguh-sungguh mengasihi dan melayani Tuhan. Terkadang engkau bangun, tengah malam berdoa sendiri dengan kusuk. Saking kusuknya sampai menangis membuat aku terjaga, menemanimu berdoa sayang. Pagi hari juga engkau bangun lebih awal dan selalu mengajak aku dan anak-anak berdoa.

Ketika aku di luar kota, engkau selalu mengajak aku berdoa melalui HP. "Papi sayang selamat pagi, ayo kita berdoa sayang!" sepenggal ucapanmu. 

Ketika sehat, mami telah menunjukkan kasihmu yang luar biasa kepadaku.  Setiap hari mengantar jemput papi ke kantor dan anak-anak ke sekolah. Mami juga telah memberikan teladan dalam disiplin bagi kedua anak kita, baik dalam belajar dan mengasihi Tuhan.

Dua setengah tahun yang lalu, mami sakit dan berjuang melawan penyakit Cancer. Setiap hari kondisi kesehatanmu menurun, bolak-balik keluar masuk rumah sakit, Jepara, Kariadi Semarang, RSCM Jakarta, RS PGI Cikini. Melihat kondisi kesehatan mu semakin menurun, aku telah memohon kepada Pimpinan Mahkamah Agung, supaya kita pindah tugas ke Medan. Selama bertugas di Jepara, waktu kita lebih banyak di rumah sakit, puji Tuhan setelah 2 tahun aku dipindah tugas ke Lubuk Pakam, kita bisa tinggal di Medan. 

Beberapa hari di Medan, saat aku kembali ke Jepara menjemput barang-barang dan masih dalam perjalanan ke Medan, engkau langsung masuk Rumah Sakit Adam Malik, selanjutnya Rumah Sakit Dr. Pirngadi. Tetapi dalam kondisi yang demikian mami selalu menaikkan pujian syukur kepada Tuhan. Baik ketika menunggu dokter, maupun selama menjalani opname. 

Air matamu terlalu banyak mengalir di rumah sakit sayang. Mami tidak mau membuat orang susah karena penyakitmu. Keluarga kita dan ada ratusan hamba Tuhan, dari gereja, Jaringan Doa Wanita maupun sahabatmu silih berganti ke rumah sakit maupun melalu HP berdoa untuk kesembuhanmu sayang. 

Semua meminta kesembuhan dan pemulihan kesehatanmu. Tetapi Tuhan berkata: "Engkau adalah sahabatKu" Itulah keputusan Tuhan yang terindah dan terbaik bagimu. Doa yang mami panjatkan di Medan, Kota Tebing Tinggi, Kota Padang Sidempuan, Kota Tarutung, Kota Balige, Semarang, Jepara, Jakarta, Jambi, Sorong Papua dan berbagai kota lainnya Tuhan telah dengar.

Waktupun berlalu, Selasa, 28 Agustus 2012 pukul 20.00 Wib, di ruang ICU Rs. Pirngadi Medan mami telah pulang ke rumah Bapa di Sorga dalam damai sejahtera.

Terlalu sering aku dan kedua anak kita Tifany Saulina Nababan dan Kevin Jagar Eliezer Nababan berdoa bersamamu.  Mohon belas kasihan Tuhan untuk kesembuhanmu sayang. Tetapi Tuhan berkata "Aku menjadikannya jadi sahabatKu," seperti yang disampaikan oleh hamba Tuhan ketika kita beribadah di GBT Alika Jepara. Dan benar kini engkau benar-benar menjadi sahabat Kristus, dekat denganNya.
Saat ini kami tinggal bertiga, pendoa syafaat kami telah pergi. Mata kami akan terus memandang ke depan, akan janji Bapa bagi masa depan kami, rancangan suka cita dan damai sejahtera, masa depan yang penuh harapan. Kiranya Tuhan Yesus memampukan kami bertiga untuk tetap setia di hadapan Tuhan.
Ketika masih hidup Mami rindu beribadah di GBI Tarutung Kota. Namun mami tidak bisa pergi sendiri, kami lah yang membawamu sayang. Dengan deraian air mata diiringi raungan sirene ambulance sepanjang jalan,  tepatnya pada tanggal 30 Agustus 2012 pukul 12.00 Wib.

Semua keluarga dan sahabatmu memakai baju hitam, tanda turut bersimpati kepada Papi, Tifany dan Kevin dan semua keluarga besar kita. Mami adalah sahabat setia. Orang yang bermurah hati. Mami tidak bisa lagi mendengar lagu pilihanmu saat perpisahan terakhir, sebelum kita pindah Juli 2010 dari GBI Tarutung. Lagu itu juga yang sengaja dilantunkan oleh sahabat-sahabat baikmu, Worship Leader dan Para Singer "Persahabatan". 

Raihlah janji yang Tuhan b'ri
Di dalam hatimu yang suci
Serasa aku tak percaya
Harapan Dia b'ri dalam hidupku
Kita s'lalu berdekatan
Tak terasa kini kan berpisah
Kesatuan hati yang terbuka
Yang membuat kita kuat
Persahabatan kan kekal bila Yesus beserta
Persahabatan tak kenal perasaan kecewa
Sampai waktunya tiba pulang ke rumah bapa
Waktu hidup tak panjang
Berhabatlah

Hamba-Nya Pdt. G. Panggabean yang juga bapak Rohanimu menyampaikan Firman Tuhan serta menutup petimu. Kami semua memberi minyak wangi tanda pengantar kasih kami kepadamu. Mami, sayang beristirahat sementara di kampung halaman mertuamu. Mami telah pergi, dan kita akan berjumpa kembali.

Waktu sebelas tahun dan sebelas bulan dalam pernikahan adalah waktu yang singkat. Namun,  terlalu banyak kisah kasih yang telah kita ukir bersama. Sulit untuk diuraikan. Semuanya boleh mendatangkan kebaikan bagi kami bertiga. Walaupun mami telah pergi, doa, teladan kasihmu tetap hidup selamanya.

(Yang mengasihimu, Derman P. Nababan, Tifany Saulina dan Kevin Jagar Eiliezer)


Selamat jalan Mami Sayang. We love U
Selamat jalan mami Sayang, "Papi, yang mencintaimu"
Selamat Jalan Mami baik, "Tifany, boru panggoaranmu"
Selamat jalan Mamian cantik "Kevin Jagar, anak hasianmu"

Selamat Jalan Kei Adekku, "Helminar Lofland Simaremare, Kakak, teman curhatmu"
Bunga Kembang dari kami, damailah di keabadian.

Saksikan Video Kesaksian, Khotbah GBI Abadi Jambi 24 Maret 2019



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesaksian Aktor Pemeran The Passion Of The Christ

Kisah Nyata Missionaris David Flood dan Svea di Zaire

KESOMBONGAN MENDAHULUI KEHANCURAN