Mulai Dari Titik Nol....

Bagi saya pribadi tanggal 1 Maret adalah hari bersejarah.  Tepatnya 25 tahun yang lalu, saya diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) pangkat/Golongan I B, gaji pokok Rp52.800, dengan mengemban tugas pokok sebagai Satpam merangkap jaga malam, walaupun sampai hari ini saya belum pernah mendapat pelatihan khusus untuk itu.

Dapat disadari, dari dulu hingga sekarang, animo masyarakat untuk menjadi PNS sangatlah tinggi. Karena itu, saya mengikuti tes calon tantama TNI AD,  2 kali tes CPNS Golongan II,  ternyata belum berhasil. Akhirnya saya mengikuti tes CPNS dengan menggunakan ijazah SMP di Departemen Kehakiman Sumatera Utara. Syukur, saya bisa lulus. 

Menjadi CPNS dengan pangkat paling rendah, tentunya tidak terlalu menggembirakan. Bulan September 1993 saya memberanikan diri mendaftar Kuliah "MAHUSOR" (Mahasiswa Hukum Sore), di Univ. Dharmawangsa Medan. Ternyata, atasan langsung tidak memberi dukungan, alasannya perkuliahan bisa mengganggu jam kerja saya bila jaga malam. Selain itu, belum tentu bisa penyesuaian ijazah.

Bisa dibayangkan menjalani kuliah dari semester 1 sampai semester 6 tanpa ijin kuliah, membuat pikiran galau, apakah bisa penyesuaian ijazah. Akhirnya saya memberanikan diri menghadap Bpk. Litna Purba (Kormin Dep. Kehakiman Sumut pada waktu itu), dan puji Tuhan atas disposisi beliau Kakanwil menerbitkan ijin kuliah pada hari itu juga, menjelang masa penyusunan Skripsi, membuat hati tenang dalam menyelesaikan kuliah, walaupun sering ngantuk karena kurang gizi.

Pernah ada kejadian tragis, ketika hendak pergi jaga malam, saya naik Sepeda Motor "Astuti" (Astrea Tujuhpuluh Tiga), saya menabrak orang tua naik sepeda yang berboncengan dengan anaknya di Jl. Perjuangan Medan. Sebenarnya saya berada di posisi yang benar dari belakang,  tetapi setelah dekat dengan saya, tiba2 beliau berbelok ke kanan mau masuk ke Jln Sentosa (kami satu arah dari Aksara Plaza menuju RS Dr. Pirngadi). Beliau terjatuh dan pingsan di tempat kejadian, sedangkan anaknya langsung berdiri dan lari karena merasa kaget.

Waktu itu banyak pemuda ditempat kejadian, lalu menginterogasi saya, setelah saya beritahukan identitas saya sebagai Satpam dan bersedia menanggung perobatan beliau, maka mereka memperlakukan saya dengan baik, lalu kami membawa orang tua itu ke RS Mama Harfas Jln. Mandala By. Pass. Dia dirawat lebih satu Minggu dengan biaya yang lumayan besar, karena ternyata beliau ada penyakit lain sebelum kecelakaan itu. Akhirnya saya harus mengorbankan "Astuti" itu seharga Rp.750.000.

Selain  itu mengendarainya juga sudah seperti menunggang kuda liar, jalannya loncat-loncat dan suatu ketika pulang kantor saya berboncengan dengan teman, tanpa disadari rantainya putus namun motornya masih bisa jalan, tetapi ketika digas, tidak mau narik, setelah dicek ternyata rantainya sudah tidak ada, dan tertinggal 100 meter di belakang, kami tertawa lepas walaupun perut sudah lapar....

Kembali lagi naik "Sudaco" (sebutan angkot di Medan), ke kantor dan ke kampus, akhirnya selesai juga wisuda tepat pada bulan Juli 1998, untuk bergumul dan berjuang dengan langkah selanjutnya.

Satu hal yang mau saya katakan, bahwa "Tiap Langkahku Diatur Oleh Tuhan, dan Tangan KasihNya Menuntunku"

Ada orang bijak berkata: " Darimana dan dimana anda saat ini tidak terlalu penting, yang penting mau kemana dan dengan siapa anda pergi..."

Selamat datang Bulan Maret, tetap semangat dan antusias

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesaksian Aktor Pemeran The Passion Of The Christ

Kisah Nyata Missionaris David Flood dan Svea di Zaire

KESOMBONGAN MENDAHULUI KEHANCURAN