MAKAN SIANG GRATIS?

BAYAR HARGA


Alkisah, seorang raja memanggil panasihat dan orang-orang bijaksana di kerajaannya. “Tolong anda tuliskan kebijakan-kebijakan yang anda ketahui, untuk diberitahukan kepada seluruh rakyat negeri dan generasi mendatang!” perintahnya. Lalu penasihat raja dan orang bijaksana berlomba membuat karya tulis terbaik. Setelah diseleksi ada satu karya terbaik, lalu disampaikan kepada raja.

“Ini buku, terlalu banyak lembarannya, pasti rakyat bingung, tolong supaya diperbaiki lagi!” tukas raja. Sang Penasihat lalu memperbaiki tulisannya menjadi satu bab saja, lalu menghadap raja. “Ini masih terlalu panjang”, kata raja sambil geleng-geleng kepala.

Akhirnya, setelah melalui pemikiran dan perdebatan yang amat melelahkan, sang Penasihat kembali menghadap raja, dengan satu kalimat penting “TIDAK ADA MAKAN SIANG GRATIS”, katanya.

Mendengar itu, raja mengangguk dan berkata “Satu kalimat kebijakan ini, sudah cukup dibaca oleh rakyat dan seluruh generasi mendatang”. Rupanya mental cuma-cuma pada masa itu sudah sedemikian parahnya melanda penduduk negeri.

Ada pepatah lama mengatakan, “Anda harus membayar harga untuk apapun yang anda inginkan”. Semua orang menginginkan hidupnya lebih baik, tetapi tidak sedikit orang yang malas bekerja. Semua pelajar, mahasiswa ingin mendapat nilai yang terbaik, tetapi tidak sedikit di antara mereka yang malas membaca, dan sibuk dengan main game.

Semua pedagang ingin usahanya sukses, tetapi tidak sedikit diantara mereka bangun kesiangan, wajah keriput dan malas tersenyum. Banyak kariawan dan ASN yang menginginkan posisi dan kedudukannya meningkat, tetapi tidak banyak yang memandang pekerjaan sebagai suatu pelayanan, tetapi hanya sebagai tugas rutinitas belaka, yang penting datang dan pulang sesuai jam kantor, miskin kreasi dan inovasi.

Semua suami menginginkan keluarganya bahagia, hidup rukun dan damai, tetapi tidak sedikit suami menjadi otoriter terhadap istri dan anak-anaknya, bahkan tidak peduli dengan rumah tangganya.

Semua suami menginginkan, anak-anaknya suatu kelak ketika membangun rumah tangga menjadi rumah tangga yang harmonis, tetapi tidak sedikit suami yang selalu ingin menang sendiri, bahkan banyak diantara mereka yang tidak mau mengampuni,  melakukan KDRT, menelantarkan istri dan anak-anaknya. Dia memberikan contoh yang buruk, tetapi di satu sisi dia menginginkan kebaikan, suatu kemustahilan.

Memang tidak semua orang bisa menjadi juara, karena juara hanyalah 1 (satu), tetapi semua orang punya kesempatan untuk melakukan yang terbaik. Untuk memperoleh yang terbaik, anda harus berpikir, melakukan pekerjaan, membangun relasi dan hubungan dengan kualitas yang terbaik pula. Tidak ada makan siang yang gratis. Untuk mendapatkan menu yang lezat, dan suasana makan yang nyaman anda harus membayar harga yang mahal.

Saya meminjam pendapat sahabat saya Sabam Sopian Silaban, penulis buku “Siswa Di Atas Garis”, untuk mendapatkan yang terbaik, anda harus berpikir, bekerja dan bertindak di atas garis, di atas rata-rata yang dilakukan oleh orang banyak. Suatu pendapat yang menginspirasi banyak orang.

Sejak tahun 1990, saat teman sebaya saya sudah kuliah, saya sendiri menjadi pembantu rumah tangga selama tiga tahun, membersihkan rumah, mencuci pakaian, mobil, merawat taman, merawat anjing, monyet dan burung dan saya melakukan semangat penuh antusias.

Tahun 1993 Saya pernah menjadi PNS Golongan I/B, dengan tugas pokok sebagai Cleaning Service dan tenaga Satpam di PTUN Medan, saya lakukan yang terbaik, kursus mengetik 10 jari, kursus komputer di Tricom Medan, sehingga saat itu sudah mahir mengetik berita acara, penetapan dan putusan. Pekerjaan yang biasanya dilakoni oleh Panitera Pengganti.

Sejak menjadi PNS, saya juga sempatkan kuliah MAHUSOR (Mahasiswa Hukum Sore), dan saya melakukan yang terbaik walaupun hanya mendapat IPK 2,83. Dan jika hari ini, saya dipercaya menjadi Ketua Pengadilan Negeri, itu tidak secara kebetulan, ada harga yang harus dibayar melalui proses, doa dan air mata.  Termasuk harus hidup sendiri terpisah dengan istri dan anak-anak.

Karena itu, “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”. (Kolose 3:23)

Selamat beraktifitas, Tetap semangat dan antusias

Saksikan Video Klip Mengapa Sulit Berubah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesaksian Aktor Pemeran The Passion Of The Christ

Kisah Nyata Missionaris David Flood dan Svea di Zaire

KESOMBONGAN MENDAHULUI KEHANCURAN