TIDAK MAMPU ATAU KETAKUTAN


(Kisah Nyata LATSARMIL, Diklat Calon Hakim Tahun 1999)

Mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan, dan sebagainya; tidak takut (gentar, kecut), demikian KBBI mendefenisikan kata "berani".  Bagi para pejuang,  petarung,  petanding,  pebisnis,  pemimpin maupun penguasa,  kata "berani" adalah menjadi modal utama,  yang menentukan keberhasilan suatu misi. 

Terkait hal itu, aku ada pengalaman dramatis penuh arti. Pertengahan bulan Juli 1999, kami Calon Hakim Angkatan XI berjumlah 101 orang memasuki Mako (Markas Komando) Marinir Cilandak, Jakarta Selatan dalam rangka Latihan Dasar Militer (Latsarmil). 

Di penghujung latihan,  kami dibawa oleh Pelatih Marinir dan Intai Amfibi ke Pantai Ancol. Seperti biasa, kami disuruh baris berbaris, berlari-lari di sepanjang bibir pantai.  Setiap kaki melangkah, mulutpun melantunkan  lagu-lagu perjuangan,  serasa pasukan akan menghadapi pertempuran sengit.  

Kali ini, selain lepas sepatu, kaum pria juga harus lepas baju.   Setiap dada yang bidang, otot yang kekar maupun lekukan tulang rusuk yang terlalu tipis dilapisi otot jelas kelihatan,  sedangkan wanita tetap mengenakan kaus.

Tidak terasa,  keringat pun bercucuran walau cuaca sejuk dengan hembusan angin pantai di sore hari. Saatnya tiba pemisahan pasukan dalam dua kelompok besar, bukan berdasarkan kategori  kekar atau tipisnya balutan otot di tulang,  melainkan berdasarkan tingkat keberanian, dan kemampuan untuk berenang di laut  dan ternyata hasilnya hampir berimbang.

Kemudian pelatih membagikan baju pelampung kepada kelompok pertama,  sedangkan kelompok kedua disebut sebagai Pasukan Bodrex, ditugasi  berbaris dan jalan bolak balik di pinggir pantai.

Setelah mengenakan jaket pelampung, malampun tiba. Pelatih mengatakan "Anda semua adalah kelompok pemberani dan pejuang sejati,  maka dari itu Anda akan dibawa ke tengah laut lebih dari 500 meter dari bibir pantai. Anda akan dilepas dan berenang ke bibir pantai. Saudara harus berjuang sendiri,  tidak boleh saling membantu dan tidak ada bantuan dari pelatih" tegasnya mantap.

Ditambahkannya "Apabila anda menemukan sesuatu benda yang mencurigakan berupa ubur-ubur, ular atau binatang buas lainnya supaya dihindari!  "Jika anda yakin,  maka anda akan selamat", tegasnya dengan suara lantang.
"Sebelum Anda dibawa ke tengah laut,  pertanyaan terakhir apakah ada yang mengundurkan diri?" tanya Pelatih dengan nada menggertak.  Ternyata tidak kurang dari 20 orang di antara sahabat mengundurkan diri dan bergabung dengan pasukan Bodrex lainnya.

Selanjutnya tidak sampai 30 orang kami dibawa dengan perahu karet,  sekitar 300 meter dari bibir pantai.   Disuruh lompat dari perahu,  lalu masing-masing berenang sendiri dalam suasana kegelapan malam. 

Jujur,  walaupun saya pernah latihan renang di kolam renang Teratai Padang  tahun 1990 untuk persiapan test Calon Tantama TNI,  itu hanya mampu sekedar menyeberang 50 meter saja, itupun di air yang tenang. Setelah itu, tidak pernah lagi masuk kolam renang,  jadi bisa dibayangkan bagaimana kemampuan saya berenang 9 tahun kemudian. 

Saya perhatikan, ternyata semua teman-teman  adalah ahli renang. Ketika dilepas dari perahu karet,  mereka berenang sekuat tenaga, dan segera finish di bibir pantai. Sementara saya jauh ketinggalan di belakang.

Anehnya, ada dua tiga orang pelatih mengikuti saya di belakang,  sambil berulang-ulang panggil nama saya  "Derman!" saya jawab "Siap", dan Pelatih mengatakan "Derman bisa".

Aku seperti mendapatkan kekuatan baru, meluncur semakin kencang di atas permukaan air.  Padahal aku merasa semakin capek dan sepertinya berjuang sendirian, ditambah kesal, karena peserta lain duluan finis dan ketawa cekikian, merayakan keberhasilan mereka.

Saat kaki dan tangan sudah hampir pegal, tidak kuat untuk mendayung, kayak bebek berenang,  tetapi pada saat yang sama badanku semakin kencang meluncur di atas air laut hingga bisa sampai di bibir pantai.

Belakangan aku sadari, beberapa saat lompat dari perahu karet,  aku ketinggalan di belakang. Dari cara berenang,   pelatih mengamati bahwa aku bukanlah ahli renang, seperti teman-teman  yang lain. Maka pelatih berjaga-jaga sekaligus mendorong aku dari belakang hingga ke bibir pantai.

Di pinggir pantai,  Pelatih berkata "Derman, Anda hebat!"  Saya bertanya "Komandan,  hebatnya dimana?  sayakan didorong komandan dari belakang".  Pelatih mengatakan "Tak seorangpun manusia  bisa hidup dan berjuang sendiri tanpa bantuan orang lain. Yang penting, Derman sudah buktikan keberanianmu, walaupun kamu tidak pintar berenang".

Dari peristiwa itu, saya mendapat hikmat, terlalu sering kita menjalani suatu peristiwa, persoalan,  permasalahan yang menurut ukuran kita tidak mampu, dan kita tidak berani menghadapinya, maka kita akan kalah.

Persoalannya bukan seberapa hebat dan beratnya persoalanmu,  tetapi apakah kamu mau berdiri di atas gunung persoalan hidupmu,  dan berkata Tuhanlah kekuatanku dan penolongku,  kepada siapakah aku harus takut?
Jika anda sedang menghadapi tekanan, persoalan, peristiwa yang menakutkan, ditinggalkan dan tidak dipedulikan, itu artinya Anda sedang memasuki masa ujian.

Mungkin bisa saja Anda berpikir tidak sanggup, tidak kuat atau tidak mampu, tetapi ketika anda berkata "Aku siap, walaupun aku tidak mampu, karena Aku meyakini ada kekuatan besar datang menolongku", maka Anda akan sukses. Sebab Dia, Tuhan jauh melebihi pelatih yang terhebat sekalipun yang ada dan pernah ada dan yang akan ada di dunia ini.

TUHANlah Penjagamu, TUHANlah naunganmu di sebelah tangan kananmu. Matahari tidak menyakiti engkau pada waktu siang, atau bulan pada waktu malam. TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu. TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya. (Mazmur 121:5-8)

Tetap semangat dan antusias
Saksikan VIDEO PECUNDANG JADI PEMENANG


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesaksian Aktor Pemeran The Passion Of The Christ

Kisah Nyata Missionaris David Flood dan Svea di Zaire

KESOMBONGAN MENDAHULUI KEHANCURAN