PASKAH DI TENGAH PANDEMI GLOBAL COVID-19

Paskah di Tengah Pendemi Global Covid-19

Paskah bagi umat Kristiani berbicara tentang kelepasan dan kepastian. Lepas dari belenggu dosa, karena Kristus sendiri telah membayar dosa umat manusia dengan rela tergantung bahkan mati di atas kayu salib. Salib berbicara tentang hukuman. Hukuman yang seharusnya ditimpakan kepada kita Dia ambil alih. Penjahat berat dan orang yang melakukan makar terhadap kekuasaan Kaisar Romawi, Tiberius, pada waktu itu akan divonis mati, dengan cara digantung di kayu salib. Salib itu ditempatkan di bukit, Bukit Golgata, sehingga khalayak ramai dapat menyaksikannya. Berbeda dengan pelaksanaan eksekusi hukuman mati di berbagai belahan dunia modern ini cenderung tertutup untuk umum.

Mengapa harus disaksikan khalayak ramai? Hal itu sebagai peringatan keras kepada publik, untuk tidak melakukan hal yang sama. Paling menyakitkan, karena orang yang digantung di kayu salib, juga tidak langsung dibunuh. Matinya pelan-pelan, bisa satu sampai dua hari menggelepar-gelepar di gantungan itu, mati karena kehabisan darah. Mati di kayu salib, adalah aib besar pada masa itu.

Maka ketika Yesus disalibkan bersama dua orang penjahat di kiri dan kananNya, prajurit Roma mematahkan kedua kaki penjahat itu, tujuannya supaya segera mati. Mengingat Orang Yahudi segera memasuki hari pergantian hari Raya Paskah. Namun, ketika prajurit itu menghampiri salib Yesus, ia melihat Yesus sudah mati, sehingga prajurit itu tidak sampai mematahkan kakiNya. Namun, ia mengambil sebuah tombak dan menghujamkannya ke lambung Yesus, darah dan air pun keluar.

Ketika Yesus disalibkan, bagi orang Yahudi akan memasuki pergantian memasuki hari Raya Paskah, tanggal 14 Nissan (April). Bagi mereka, pergantian hari dimulai pukul 18.00. Menurut tradisi Yahudi, tidak diperbolehkan mengurusi mayat pada hari Raya Paskah. Atas alasan itulah, maka kematian orang hukuman di kayu salib harus dipercepat, supaya segera bisa dikuburkan, sebelum pukul 18.00 waktu setempat.

Siapa orang yang mengurusi mayat Yesus? Pertanyaan ini penting, karena Yesus mati sebagai terpidana, barang tentu secara sosial dihindari orang banyak. Kala itu, murid-murid Yesus ketakutan, dalam situasi yang demikian tidak mungkin mereka mengurusi mayat Yesus. Adalah pribadi Yusuf dari Arimatea. Seorang kaya, Yusuf adalah Anggota Sanhedrin dalam golongan Farisi, dan Anggota Mahkamah Agama diam-diam telah menjadi murid Yesus. Dia sendiri yang berbeda pendapat “disenting opinion” dalam Majelis Besar (bouleutes) atas penjatuhan hukuman mati kepada Yesus.

Yusuf memberanikan diri menghadap Pontius Pilatus, Walinegeri Romawi di daerah jajahan Judea dan Samaria meminta ijin agar mayat Yesus dimakamkan secara layak. Pilatus heran, ketika mendengar Yesus sudah mati, lalu ia memanggil Kepala Pasukan dan bertanya apa benar Yesus sudah mati. Mendengar penjelasan Kepala Pasukan, Pilatus memerintahkan untuk menyerahkan mayat itu kepada Yusuf.

Mendapat restu Pilatus, Yusuf menghubungi Nikodemus. Pertama kali Nikodemus datang menjumpai Yesus pada waktu malam. Mengapa malam? Nikodemus orang terpandang, orang kaya, pula dari kaum Farisi, maka malam adalah waktu yang tepat menemui Yesus, untuk menghindari publikasi. Dia datang membawa minyak Mur campuran Gaharu sebanyak 50 kati. 1 kati sama dengan setengah kilogram. Bila dirupiahkan, bisa mencapai ratusan juta. Nikodemus bertanya, "Guru, apa yang harus dilakukan supaya masuk dalam kerajaan Allah?" Yesus berkata, “Engkau harus dilahirkan kembali”. Sejak saat itu secara diam-diam Nikodemus menjadi pengikut Yesus.

Kembali kepada Pemakaman Yesus. Yusuf dan Nikodemus mengapani mayat Yesus dengan kain lenan dan membubuhinya dengan rempah-rempah menurut adat orang Yahudi. Yesus dikuburkan di kuburan baru milik Yusuf, yang makamnya berupa goa dengan penutup batu besar, dengan disaksikan oleh perempuan-perempuan yang dekat dengan Yesus dan Yohanes murid Yesus yang lain. Mengapa disebut kubur baru, karena waktu itu satu lubang kubur bisa dipergunakan berulang kali. Kuburan dari lubang batu, tentu harganya mahal. Hanya orang kaya yang bisa memilikinya.

Mayat Yesus dikapani dengan kain lenan halus, dan rempah-rempah, biasanya diperuntukkan kepada kaum terpandang. Tentu tidak diperlakukan kepada seorang terpidana yang digantung di salib. Dari itu, perlakuan Yusuf dan Nikodemus terhadap mayat Yesus adalah sesuatu yang istimewa. Mereka adalah orang berani, yang mengabaikan sanksi sosial yang disematkan kepada para pengikut Yesus. Ingat, Petrus sendiri tiga kali menyangkal Yesus, kepada perempuan yang berkata “Ini salah satu dari mereka” (maksudnya murid Yesus).

Perlakuan mereka tulus, tidak mengharapkan balasan. Tidak mengharapkan promosi jabatan atau pengembangan relasi bisnis. Sebaliknya, mereka mempertaruhkan harga diri dan jabatannya untuk menghormati Yesus. Mempertaruhkannya kepada Penguasa  penjajah Roma yang terkenal kejam itu, maupun terhadap sesama Anggota Mahkamah Agama.

Ketika Yesus bangkit dari liang kubur tentunya mereka adalah orang yang paling bersuka cita. Namun tidak demikian bagi Mahkamah Agama Yahudi, kaum Farisi dan tokoh-tokoh yang berperan atas penyaliban Yesus. Sehingga mereka membangun hoax, narasi dagelan, bahwa mayat Yesus dicuri oleh murid-muridNya. Suatu kemustahilan, karena makam Yesus dijaga Prajurit Roma.

Paskah, berbicara tentang kepastian. Yesus bangkit dari kematian, membuktikan bahwa maut tidak berkuasa atas diriNya. Kematian adalah hal yang paling ditakuti oleh manusia. Kalau bisa, manusia memilih hidup 1.000 tahun lamanya. Namun, Pengkhotbah berkata, “Segala sesuatu ada waktunya, ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk mati”.

Dalam kaitan itulah, maka Rasul Paulus berkata:  “Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya.  Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal. Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul. Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya. (1 Korintus 15:3-8).

Kebangkitan Yesus, adalah garansi bagi orang percaya, bahwa dirinya akan dibangkitkan menjelang hari penghakiman. Kepastiaan, ada kehidupan kekal.

Di tengah dunia yang lagi dilanda oleh wabah Pandemi Global Covid-19 ini, Paskah mengajak kita untuk peduli terhadap sesama. Ketika Yesus tergantung di kayu Salib, hanya Yusuf Arimatea dan Nikodemus yang berani dan peduli untuk mengurusi mayat Yesus. Semua pada ketakutan, termasuk murid-muridNya, bersembunyi. Tidak gampang bagi Yusuf Arimatea dan Nikodemus, tetapi bagi mereka ada sesuatu yang lebih utama daripada menjaga image dan status mereka yang telah mapan secara sosial.

Pandemi Global Covid-19 ini, membutuhkan kepedulian kita semua. Memang strategi yang digalakkan oleh WHO maupun Pemerintah kita adalah menjaga Social Distancing, belakangan disebut Pshysical Distancing. Tetapi sebagian pihak menyikapinya secara berlebihan, dengan melakukan penolakan terhadap korban virus ini tinggal di lingkungan mereka, lebih miris lagi ada sebagian elemen warga yang menolak penguburan korban virus corona ini.

Selain doa, kita harus bergandengan tangan memiliki kepedulian, layaknya Yusuf Arimatea dan Nikodemus bersama-sama, saling bahu-membahu berperang melawan virus Corona ini. Mari kita ikuti langkah-langkah yang dilakukan pemerintah, dengan pola hidup sehat, dan jaga jarak. Memiliki empati terhadap korban dan keluarganya, jangan justru menghakimi mereka. Beban mereka terlalu berat. Bantulah Pemerintah, bantulah tenaga medis. Bantulah dirimu dan keluargamu, Stay At Home, Keep Psysical Distancing. Selamat Paskah 2020.
Tetap Semangat dan Antusias!


Derman P. Nababan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesaksian Aktor Pemeran The Passion Of The Christ

Kisah Nyata Missionaris David Flood dan Svea di Zaire

KESOMBONGAN MENDAHULUI KEHANCURAN