Kisah Tempo Doeloe

Setiap Moment Menyimpan Rahasia

Melihat foto ini langsung teringat memori di masa kecil  (ketika berusia 13 tahun) tahun 1984.  Hidup di desa, jauh dari keramaian, di lereng sebuah bukit Dolok Imun, Dusun Lumbantobing, Desa Lumban Tonga-tonga. Penerangan listrik belum tersedia dan jalan belum dilapisi aspal. Dua ratus meter di belakang rumah kami ada jalan menuju dua desa lain (Desa Simarpinggan dan Desa Sibontar) sesekali dilalui oleh mobil pribadi (perantau), ataupun mobil pengangkut barang dan hasil pertanian. Ketika hujan turun, pastilah mobil itu tidak sanggup melaluinya. Posisi jalannya menanjak, licin pula. 

Terkadang pada malam sedang enak menikmati tidur,  terdengar suara raungan mesin mobil.  Ayah membangunkanku "Ayo nak bawa cangkul, parang dan keranjang untuk membantu mobil yang mogok itu." Alat itu untuk meratakan jalan, dan membuang lumpur, kemudian menebang kayu-kayu kecil dan diletakkan dijalur lintasan ban. Keranjang untuk mengambil pasir dan kerikil dan biasanya upaya tersebut selalu berhasil.  Tentulah sipengendara sangat senang dan mengucapkan terima kasih, sebelumnya ia hampir putus asa.

Berkemas pulang ke rumah, badan menggigil kedinginan, aku bertanya,  "Ayah, mengapa kita harus membantu orang yang tidak kita kenal?" Ayah bilang "Terkadang kita harus meninggalkan rasa nyaman buat menolong orang lain". Saya menimpali, "Apa untungnya buat kita?"  "Tidak ada, melakukan sesuatu jangan kamu selalu berpikir untung atau rugi", tidurlah kau, jangan banyak kali bertanya!" Jawab ayah ketus.  

Ya sudah, tarik selimut sambil merenung dan akhirhya tertidur dengan penerangan lampu teplok. Besok pagi bangun, hidung sudah hitam menghirup udara campur asap lampu teplok berbahan bakar minyak tanah.

Terlalu Indah dilupakan
Inilah video clip Ayahku HUT 70


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesaksian Aktor Pemeran The Passion Of The Christ

Kisah Nyata Missionaris David Flood dan Svea di Zaire

KESOMBONGAN MENDAHULUI KEHANCURAN